Pengantar
- Istilah Teknologi Tepat Guna (TTG) muncul sejalan dengan terjadinya krisis minyak (BBM) pada tahun 1973 dan sejalan dengan lahirnya pergerakan sadar lingkungan pada dasawarsa 1970-an. Disebut teknologi tepat guna karena hasil ciptaannya harus dapat digunakan dengan tepat guna yaitu sesuai dengan kondisi alam, sosial, ekonomi dan perilaku budaya setempat dan dapat membantu meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.
- Teknologi tepat guna juga disebut sebagai teknologi yang dikembangkan secara tradisional, sederhana, ramah lingkungan dan sejalan dengan keetisan nilai-nilai kebudayaan, sosial, politik, dan ekonomi masyarakat yang bersangkutan. Teknologi ini memang dibuat secara khusus untuk memenuhi kebutuhan kelompok sosial atau masyarakat tertentu dalam rangka membantu terciptanya kehidupan yang lebih baik atau lebih sehat dan sejahtera.
- Bentuk teknologi tepat guna adalah teknologi yang ramah lingkungan, ramah sosial budaya, hemat sumber daya, mudah dirawat, memberikan solusi "padat karya" daripada "padat modal" terhadap suatu permasalahan, berbiaya murah tetapi efektif untuk membantu menyejahterakan kehidupan masyarakat kelompok tertentu. TTG berbeda dengan teknologi arus utama, yang pada umumnya beremisi, banyak limbah, mencemari lingkungan, padat modal dan boros energi.
Kriteria Teknologi Tepat Guna
- Apabila teknologi itu sebanyak mungkin mempergunakan sumber-sumber yang tersedia banyak di suatu tempat.
- Apabila teknologi itu sesuai dengan keadaan ekonomi dan sosial masyarakat setempat.
- Apabila teknologi itu membantu memecahkan persoalan/ masalah yang sebenarnya dalam masyarakat, bukan teknologi yang hanya bersemayam dikepala perencananya.
- Perbaikan teknologi tradisional yang selama ini menjadi tulang punggung pertanian, industri, pengubah energi, transportasi, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat di suatu tempat
- Biaya investasi cukup rendah/ relatif murah.
- Teknis cukup sederhana dan mampu untuk dipelihara dan didukung oleh keterampilan setempat.
- Masyarakat mengenal dan mampu mengatasi lingkungannya.
- Cara pendayagunaan sumber-sumber setempat termasuk sumber alam, energi, bahan secara lebih baik dan optimal.
- Alat mandiri masyarakat dan mengurangi ketergantungan kepada pihak luar (self-realiance motivated)
- TTG adalah penerapan teknologi yang mampu membawa kearah kehidupan yang lebih baik dari aspek kesehatan, lingkungan, kesejehtaraan, dll. Usaha kearah perubahan yang lebih baik itu harus dirancang secara “bottom up” (dari bawah ke atas) sehingga seluruh masyarakat merasa bahwa pembaharuan adalah prakarsa mereka sendir. Dengan cara ini maka minat dan semangat masyarakat akan terus tumbuh terhadap sebuah produk TTG yang diterapkan di lingkungannya.
- Seringkali terjadi kekeliruan dalam penerapan TTG di tengah masyarakat. Misalnya dengan membawa pompa bambu, biogas, pengering dengan energi radiasi matahari sederhana kedesa, dianggap telah menerapkan teknologi tepat guna. Padahal pada kenyataannya masyarakat tidak membutuhkan hal itu sehingga kemudian tidak tumbuh minat dan kemauannya untuk terus menggunakan dan merawatnya dengan baik.
- Membawa paket-paket teknologi tepat guna kesebuah msayarakat tertentu tidak otomatis membantu bahkan dapat menjerumuskan, apabila tidak disertai pendidikan kepada masyarakat tentang apa manfaatnya, bagaimana cara membuat dan memperbaiki alat tersebut, bagaimana cara menjaga kelangsungannya, dsb. Paling ideal penerapan teknologi tepat guna harus disertai dengan pendidikan, penumbuhan minat dan tanggungjawab serta adanya jaminan bahwa penerapannya akan membantu meningkatkan kesejahteraan hidup dalam jangka panjang.
Jenis-jenis Teknologi Tepat Guna
Jenis TTG sangat beragam seperti TTG di bidang pengelolaan dan peanfaatan lingkungan, TTK di bidang peningkatan produksi pertanian, TTG di bidang energi alternatif, TTG di bidang peningkatan produksi industri rumah tangga, TTG di bidang kewirausahaan, TTG di bidang industri kreatif, dsb
TTG Sebagai Materi Pendidikan Kepramukaan
- Gerakan Pramuka sebagaimana tercantum dalam SKK dan SKU baik secara implisit maupun eksplisit telah menjadikan teknologi tepat guna sebagai salah satu materi pendidikannya. Bahkan dalam SKU Penegak Bantara dan Laksana serta SKU Pandega dinyatakan secara eksplisit keharusan menguasai salah satu jenis TTG untuk dinyatakan lulus sebagai Penegak Bantara, Penegak Laksana atau Pandega.
- Apakah ada perbedaan mempelajari TTG di dalam Kepramukaan dan di Lembaga Pendidikan lain ? Jelas sekali ada perbedaan. Dalam pendidikan kepramukaan para Pembina dituntut agar mampu mengarahkan para peserta didiknya belajar TTG dalam suasana kegembiraan, belajar sambil bekerja, belajar dalam kelompok, belajar berdasar pengalaman dan belajar di dalam terbuka. Pada sisi lain, Para Pembina juga dituntut agar mampu memberikan arah belajar TTG tidak hanya mengejar aspek peningkatan kompetensi kognitif (kecerdasan intelektual) dan kompetensi psikomorik (kecerdasan berkarya) namun juga kecerdasan afektif (kecerdasan emosioal). Secara khusus pengembangan aspek afektif tersebuy diharus agar para Pembina mampu menggunkan meteri pendidikan TTG sebagai media penghayatan dan penerapan Kode Kehormatan Pramuka yang berupa satya dan darma pramuka.
- Para Pembina dapat memilih materi TTG untuk usia Siaga dan Penggalang dengan memanfaatkan penemuan TTG yang sudah ada yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari para Siaga dan Penggalang misalnya TTG di bidang pengelolaan sampah, TTG hemat energi, TTG industry kreatif, dsb.
- Materi TTG untuk Pramuka Penegak dan Pandega mulai dapat diarahkan untuk mampu membuat TTG berdasar hasil penemuan orang lain atau bahkan para Penegak Pandega diarahkan untuk berusaha memenukan produk TTG yang baru. TTG untuk Pramuka Penegak Pandega dapat diarahkan sebagai salah satu agenda pendukung kompetensi Bina Maysarakat, dengan cara para Pramuka Panegak Pandega dilatih untuk mampu berkiprah di “masyarakat binaan” melalui penerapan TTG baik hasil ciptaan orang lain maupun ciptaan sendiri.
Sumber Belajar
- Pendidikan Kepramukan merupakan pendidikan yang berbasis masyarakat atau “community education”. Dengan sifatsemacam ini Para Pembina sebenarnya dapat memanfaatkan seluruh potensi yang ada di masyarakat sebagai sumber belajar. Konsep ini dapat membantu para Pembina Pramuka dalam mengembangkan TTG sebagai materi pendidikan kepramukaan, khusunya jika para Pembina memiliki keterbatasan dalam penguasaaan TTG.
- Para Pembina dapat menjalin kerjasama dengan LSM, Lembaga Pemerintah (LIPI, BPPT & Sejumlah Kememtrian), Perguruan Tinggi, SMK, BLK (Balai Latihan Kerja), SKB (Sanggar Kegiatan Belajar), CSR Perusahaan Swasta dan berbagai lembaga lain yang menaruh perhatian didalam pengembangan TTG untuk dijadikan mitra atau narasumber belajar bagi para peserta didiknya.
- Para Pramuka Penegak Pandega dapat pula mengajak lembaga atau sumber belajar lain dimaksud untuk bersama-sama mengembangkan TTG di “desa/wilayah binaan” yang sedang dikembangkannya. Melalui kerjasama ini para Penegak Pandega akan memperoleh dukungan yang optimal didalam menerapkan program-programnya diwilayah binaannya.
Lihat topik/entri terkait :
TTG Pengelolaan Sampah
TTG Energi Alternatif
TTG Kewirausahaan
Sumber :
http://m-haritsyah.blogspot.com,
www.wikipedia.Com
Dan dari berbagai sumber lainnya, ditulis ulang untuk keperluan “ensiklopedia pramuka” (-aiw).
No comments:
Post a Comment