Saturday, 28 September 2013

Ki Hadjar Dewantoro




Pengantar 

Pasal 29 Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka menjelaskan bahwa pendidikan kepramukaan jika ditinjau dari hubungan antara anggota dewasa dengan anggota muda bersendikan Sistem Among.  Sistem Among dalam Gerakan Pramuka berarti mendidik anggota Gerakan Pramuka menjadi insan merdeka jasmani, rohani, dan pikirannya, disertai rasa tanggung jawab dan kesadaran akan pentingnya bermitra dengan orang lain.    

Sistem among adalah prinsip-prinsip pendidikan yang dikemukan olah Ki Hadjar Dewantoro tokoh pendidikan nasional, yang memuat prinsip-prinsip pendidikan :

  • Ing ngarsa sungtulada (di depan memberi teladan)
  • Ing madya mangun karsa (di tengah menciptakan peluasiang untuk berprakarsa),
  • Tut wuri handayani (di belakang memberi dorongan)
Riwayat Hidup

Raden Mas Soewardi Soerjaningrat atau yang lebih dikenal dengan Ki Hadjar Dewantara adalah pendiri Perguruan Taman Siswa, suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para pribumi jelata untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang-orang Belanda.

Ki Hadjar Dewantara lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889 dengan nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Ki Hajar Dewantara dibesarkan di lingkungan keluarga kraton Yogyakarta. Saat genap berusia 40 tahun menurut hitungan Tahun Caka, Raden Mas Soewardi Soeryaningrat berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara. Semenjak saat itu, Ki Hadjar Dewantara tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanan di depan namanya.

Hal ini dimaksudkan supaya Ki Hadjar Dewantara dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun hatinya. Ki Hadjar Dewantara menamatkan Sekolah Dasar di ELS (Sekolah Dasar Belanda) dan kemudian melanjutkan sekolahnya ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera) tapi lantaran sakit, sekolahnya tersebut tidak bisa dia selesaikan.

Ki Hadjar Dewantara kemudian bekerja sebagai wartawan di beberapa surat kabar antara lain Sedyotomo, Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer dan Poesara. Pada masanya, Ki Hadjar Dewantara dikenal penulis handal. Tulisan-tulisannya sangat komunikatif, tajam dan patriotik sehingga mampu membangkitkan semangat antikolonial bagi pembacanya.

Selain bekerja sebagai seorang wartawan muda, Ki Hadjar Dewantara juga aktif dalam berbagai organisasi sosial dan politik. Pada tahun 1908, Ki Hadjar Dewantara aktif di seksi propaganda Boedi Oetomo untuk mensosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakat Indonesia pada waktu itu mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara. Kemudian, bersama Douwes Dekker (Dr. Danudirdja Setyabudhi) dan dr. Cipto Mangoenkoesoemo yang nantinya akan dikenal sebagai Tiga Serangkai, Ki Hadjar Dewantara mendirikan Indische Partij (partai politik pertama yang beraliran nasionalisme Indonesia) pada tanggal 25 Desember 1912 yang bertujuan mencapai Indonesia merdeka.

Mereka berusaha mendaftarkan organisasi ini untuk memperoleh status badan hukum pada pemerintah kolonial Belanda. Tetapi pemerintah kolonial Belanda melalui Gubernur Jendral Idenburg menolak pendaftaran itu pada tanggal 11 Maret 1913 karena organisasi ini dianggap dapat membangkitkan rasa nasionalism dan kesatuan rakyat untuk menentang pemerintah kolonial Belanda.

Semangatnya tidak berhenti sampai sini. Pada bulan November 1913, Ki Hadjar Dewantara membentuk Komite Bumipoetra yang bertujuan untuk melancarkan kritik terhadap Pemerintah Belanda. Salah satunya adalah dengan menerbitkan tulisan berjudul Als Ik Eens Nederlander Was (Seandainya Aku Seorang Belanda) dan Een voor Allen maar Ook Allen voor Een (Satu untuk Semua, tetapi Semua untuk Satu Juga) di mana kedua tulisan tersebut menjadi tulisan terkenal hingga saat ini. Tulisan Seandainya Aku Seorang Belanda dimuat dalam surat kabar de Expres milik dr. Douwes Dekker.

Akibat karangannya itu, pemerintah kolonial Belanda melalui Gubernur Jendral Idenburg menjatuhkan hukuman pengasingan terhadap Ki Hadjar Dewantara. Douwes Dekker dan Cipto Mangoenkoesoemo yang merasa rekan seperjuangan diperlakukan tidak adil menerbitkan tulisan yang bernada membela Ki Hadjar Dewantara. Mengetahui hal ini, Belanda pun memutuskan untuk menjatuhi hukuman pengasingan bagi keduanya. Douwes Dekker dibuang di Kupang sedangkan Cipto Mangoenkoesoemo dibuang ke pulau Banda.

Namun mereka menghendaki dibuang ke Negeri Belanda karena di sana mereka bisa mempelajari banyak hal dari pada di daerah terpencil. Akhirnya mereka diizinkan ke Negeri Belanda sejak Agustus 1913 sebagai bagian dari pelaksanaan hukuman. Kesempatan itu dipergunakan untuk mendalami masalah pendidikan dan pengajaran, sehingga Ki Hadjar Dewantara berhasil memperoleh Europeesche Akte. Pada tahun 1918, Ki Hadjar Dewantara kembali ke tanah air.

Di tanah air Ki Hadjar Dewantara semakin mencurahkan perhatian di bidang pendidikan sebagai bagian dari alat perjuangan meraih kemerdekaan. Bersama rekan-rekan seperjuangannya, dia pun mendirikan sebuah perguruan yang bercorak nasional yang diberi nama Nationaal Onderwijs Instituut Taman Siswa (Perguruan Nasional Taman Siswa) pada 3 Juli 1922. Perguruan ini sangat menekankan pendidikan rasa kebangsaan kepada peserta didik agar mereka mencintai bangsa dan tanah air dan berjuang untuk memperoleh kemerdekaan. Pemerintah kolonial Belanda berupaya merintanginya dengan mengeluarkan Ordonansi Sekolah Liar pada 1 Oktober 1932.

Tetapi dengan kegigihan memperjuangkan haknya, sehingga ordonansi itu kemudian dicabut. Selama mencurahkan perhatian dalam dunia pendidikan di Taman Siswa, Ki Hadjar Dewantara juga tetap rajin menulis. Namun tema tulisannya beralih dari nuansa politik ke pendidikan dan kebudayaan berwawasan kebangsaan. Melalui tulisan-tulisan itulah dia berhasil meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional bagi bangsa Indonesia. Kegiatan menulisnya ini terus berlangsung hingga zaman Pendudukan Jepang.

Saat Pemerintah Jepang membentuk Pusat Tenaga Rakyat (Putera) dalam tahun 1943, Ki Hajar ditunjuk untuk menjadi salah seorang pimpinan bersama Ir. Soekarno, Drs. Muhammad Hatta dan K.H. Mas Mansur. Setelah kemerdekaan Indonesia berhasil direbut dari tangan penjajah dan stabilitas pemerintahan sudah terbentuk.

Ki Hadjar Dewantara dipercaya oleh presiden Soekarno untuk menjadi Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang pertama. Melalui jabatannya ini, Ki Hadjar Dewantara semakin leluasa untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Pada tahun 1957, Ki Hadjar Dewantara mendapatkan gelar Doktor Honori Klausa dari Universitas Gajah Mada.

Dua tahun setelah mendapat gelar Doctor Honoris Causa itu, tepatnya pada tanggal 28 April 1959 Ki Hadjar Dewantara meninggal dunia di Yogyakarta dan dimakamkan di sana. Kini, nama Ki Hadjar Dewantara bukan saja diabadikan sebagai seorang tokoh dan pahlawan pendidikan (bapak Pendidikan Nasional) yang tanggal kelahirannya 2 Mei dijadikan hari Pendidikan Nasional, tetapi juga ditetapkan sebagai Pahlawan Pergerakan Nasional melalui surat keputusan Presiden RI No.305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959.

Ajarannya yakni tut wuri handayani (di belakang memberi dorongan), ing madya mangun karsa (di tengah menciptakan peluang untuk berprakarsa), ing ngarsa sungtulada (di depan memberi teladan) akan selalu menjadi dasar pendidikan di Indonesia. Untuk mengenang jasa-jasa Ki Hadjar Dewantara pihak penerus perguruan Taman Siswa mendirikan Museum Dewantara Kirti Griya, Yogyakarta, untuk melestarikan nilai-nilai semangat perjuangan Ki Hadjar Dewantara.

Dalam museum ini terdapat benda-benda atau karya-karya Ki Hadjar sebagai pendiri Taman Siswa dan kiprahnya dalam kehidupan berbangsa. Koleksi museum yang berupa karya tulis atau konsep dan risalah-risalah penting serta data surat-menyurat semasa hidup Ki Hadjar sebagai jurnalis, pendidik, budayawan dan sebagai seorang seniman telah direkam dalam mikrofilm dan dilaminasi atas bantuan Badan Arsip Nasional. (Riset dan Analisa: Fathimatuz Zahroh)


Lihat topik/entri terkait
Sistem Among dalam Pendidikan Kepramukaan

Sumber
  • Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka,                                               Kwarnas Gerakan Pramuka, 2009
  • http://profil.merdeka.com/indonesia/k/ki-hadjar-dewantoro  -                                                       diakses tanggal 30 September 2013





Sistem Among dalam Pendidikan Kepramukaan





Sistem Among dalam Pendidikan Kepramukaan

Mengacu pasal 29 Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka, makadinyatakan bahwa pendidikan kepramukaan jika ditinjau dari hubungan antara anggota dewasa dengan anggota muda bersendikan Sistem Among.  Sistem Among dalam Gerakan Pramuka berarti mendidik anggota Gerakan Pramuka menjadi insan merdeka jasmani, rohani, dan pikirannya, disertai rasa tanggung jawab dan kesadaran akan pentingnya bermitra dengan orang lain.

Sistem among mewajibkan anggota Gerakan Pramuka melaksanakan prinsip-prinsip kepemimpinan sebagai berikut:
  • lng ngarso sung tulodo maksudnya di depan menjadi teladan;
  • lng madyo mangun karso maksudnya di tengah membangun kemauan;
  • Tut wuri handayani maksudnya dari belakang memberi dorongan dan pengaruh yang baik ke arah kemandirian.
Dalam melaksanakan tugasnya anggota dewasa wajib bersikap dan berperilaku berdasarkan:
  • Kasih sayang, kejujuran, keadilan, kepatutan, kesederhanaan, kesanggupan berkorban dan rasa kesetiakawanan sosial;
  • Disiplin disertai inisiatif dan tanggungjawab terhadap diri sendiri, sesama manusia, negara dan bangsa, alam dan lingkungan hidup, serta bertanggungjawab kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Hubungan anggota dewasa dengan anggota muda merupakan hubungan khas, yaitu setiap anggota dewasa wajib memperhatikan perkembangan anggota muda secara pribadi agar pembinaan yang dilakukan sesuai dengan tujuan Gerakan Pramuka.  Anggota dewasa berupaya secara bertahap menyerahkan pimpinan kegiatan sebanyak mungkin kepada anggota muda, untuk selanjutnya anggota dewasa secara kemitraan memberi semangat, dorongan dan pengaruh yang baik.


Sistem Among sebagai Prinsip Pendidikan


Sistem Among adalah prinsip dan metode pendidikan yang digagas oleh Ki Hadjar Dewantoro. Menurut Supriyanto (2008), Sistem Among merupakan gagasan otentik putra Indonesia,  yang  digali  dari  kearifan  lokal.  Sistem ini   sangat sesuai dengan kebutuhan  pendidikan di Indonesia karena mendasarkan proses pada sikap asih, asah dan asuh (care  and  dedication  based  on love).
Sistem Among bersendikan pada dua hal yaitu:
  • Kodrat alam  sebagai syarat untuk menghidupkan dan mencapai kemajuan dengan secepat-cepatnya  
  • Kemerdekaan  sebagai syarat untuk menghidupkan  dan menggerakkan  kekuatan  lahir dan batin anak hingga dapat hidup mandiri.    
Sistem Among berasal dari bahasa Jawa yaitu mong atau momong, yang artinya mengasuh anak. Para guru atau dosen disebut pamong yang bertugas untuk mendidik dan mengajar anak sepanjang waktu dengan kasih sayang. Tujuan dari Sistem Among adalah membangun anak didik untuk menjadi manusia beriman dan bertaqwa, merdeka lahir dan batin, budi pekerti luhur, cerdas dan berketrampilan, serta sehat jasmani dan rokhani  agar menjadi  anggota masyarakat  yang mandiri dan bertanggung  jawab  atas kesejahteraan  tanah  air  serta  manusia  pada  umumnya.  Dalam  pelaksanaan  Sistem Among, setelah anak didik menguasai ilmu, mereka didorong untuk mampu memanfaatkannya dalam masyarakat, didorong oleh cipta, rasa, dan karsa.


Pengertian Sistem Among

  • Sistem Among adalah cara pendidikan  yang dipakai dalam sistem pendidikan Taman Siswa, dengan maksud mewajibkan pada pendidikn agar  mengingati dan mementingkan  kodrat-iradatnya  anak-anak,  dengan   tidak melupakan  segala keadaan yang mengelilinginya. Sistem ini merupakan koreksi terhadap sistem pendidikan zaman kolonial Belanda yang menekankan pada aspek "perintah, paksaan dengan hukuman”.
  • Sistem Amon menekankan pentingnya memberi tuntunan dan menyokong pada anak-anak di dalam mereka bertumbuh dan berkembang karena kodrat-iradatnya sendiri, melenyapkan segala yang merintangi pertumbuhan dan perkembangan sendiri itu serta mendekatkan anak-anak kepada alam dan masyarakatnya. 
  • Perintah dan paksaan hanya boleh dilakukan jika anak-anak tidak dapat dengan kekuatannya sendiri menghindarkan  mara-bahaya yang akan menimpanya, sedangkan hukuman  tak boleh  lain  dari  pada  sifatnya  kejadian  yang sebetulnya  harus  dialami, sebagai buah atau akibat kesalahannya; hukuman yang demikian itu lalu semata-mata menjadi penebus kesalahan, bukan siksa dari orang lain (Tauchid, 1972:99-101 dalam 50 Tahun Taman siswa).
  • Ki Hadjar Dewantara dalam Pidato Penerimaan  Gelar Doktor Honoris  Causa (HC) dari UGM tahun 1956 dalam 60 tahun Taman Siswa menjelaskan analog hubungan guru-siswa serupa dengan hubungan petani dan tanamannya. Untuk itu guru terhadap para murid harus berfikir, berperasaan dan bersikap sebagai Juru Tani terhadap tanamannya. Orang bercocok-tanam harus takluk kepada kodratnya tanaman, janganlah tanaman ditaklukkan pada kemauan si-petani. Haruslah si petani menyerahkan dirinya, yakni menghilangkan  kemurkaan  dirinya, dengan  iklas dan ridla kepada kepentingan tanamannya dan mengejar kesuburan tanamannya semata-mata. 
  • Kesuburan tanamannya  inilah yang menjadi kepentingan si juru-tani. Haruslah ia tahu akan perbedaan antara padi,  jagung,  dna  tanaman  lainnya  dalam  keperluan  masing-masing  untuk  dapat bertumbuh dengan subur dan dapat berhasil. Karena itu perlulah si petani tahu, insaf dan mengerjakan segala ilmu atau pengetahuan pertanian, yang benar dan baik. Dalam pada itu  janganlah  membeda-bedakan  pula  dari  mana  asalnya  pupuk,  asalnya  alat,  atau asalnya ilmu pengetahuan pertanian, dan sebagainya; segala yang dapat enyuburkan tanaman menurut kodrat dan irodatnya harus dipakai olehnya (petani).

Makna pendidikan dalam Sistem Among

Pendidikan tidak dimaknai dengan paksaan. Lebih tegas lagi dikatakan:  ”...apabila kita mengetahui, bahwa sesungguhnya perkataan ”opvoeding” atau ”paedagogiek” itu tiadalah dapat diterjemahkan dengan bahasa kita. Panggulawentah  (bahasa Jawa)  itu bukan memberi pengertian ”opvoeding” , sebab panggulawentah  itu hanya pekerjaannya  si dukun bayi. Yang hampir semaksud  yaitu  perkataan  kita  Momong, Among, dan  Ngemong” (Ki  Hajar Dewantara pidato pada rapat umum Taman Siswa di Malang 2 Pebruari 1930 dalam  Bagian Pertama Pendidikan, 1977: 21).


Dasar Pendidikan
  • Dalam buku karya Ki Hadjar Dewantara bagian Pertama (1977: 13-14) dijelaskan tentang dasar pendidikan sebagai berikut. Pendidikan  tidak memakai dasar ”regering, tucht en orde”   tetapi ”orde  en vrede”   (tertib dan damai, tata-tentrem). Pendidik wajib menjaga atas kelangsungan kehidupan bathin sang anak, dan haruslah anak dijauhkan dari   tiap-tiap   paksaan.   Namun   demikian,   pendidik   juga   tidak   akan   ”nguja” (membiarkan) anak-anak. Pendidik mempunyai kewajiban mengamati, agar anak dapat bertumbuh menurut kodrat. 
  • ”Tucht” (hukuman) itu dimaksudkan untuk mencegah kejahatan. Sebelum terjadi kesalahannya, aturan hukumannya sudah harus tersedia. Misalnya,  barang siapa datang  terlambat  tentu  akan dapat hukuman  berdiri di muka kelas.  Hukuman  semacam  itu,  pertama  adalah  tiada  setimpal  dengan  kesalahannya. Kedua, tiap-tiap aturan yang mendahului kenyataannya, itulah bertentangan dengan sifatnya roch manusia, yang tiada dapat dimasukkan dalam peraturan. 
  • Tanda buktinya adalah untuk mengatur ketertiban pergaulan hidup, sudah ada macam-macam dan ribuan peraturan.  Tetapi  setiap  hari  orangpun  masih  selalu  membuat  aturan  baru.  Itulah tandanya setiap peraturan tiada akan bisa sempurna. ”Orde” (ketertiban) yang dimaksudkan dalam pendidikan  barat jelaslah hanya paksaan dan hukuman. Dari sebab itu dasar pendidikan menjadi orde en vrede, tertib dan damai, inilah yang akan dapat menentukan syarat-syarat sendiri, yang tiada akan bisa bersifat paksaan. Dan oleh karenanya,  maka hukuman  yang tiada setimpal dengan  kesalahannya  pun  tidak  akan terdapat.
  • Kesemuanya itu merupakan syarat-syarat jika pendidikan hendak mendatangkan manusia  yang merdeka  dalam  arti  kata  yang  sebenar-benarnya.  Yaitu  lahirnya  tiada terperintah,  batinnya  bisa  memerintah  sendiri  dan  ....  dapat  berdiri  sendiri  karena kekuatan  sendiri. Oleh karena itu dalam pendidikan  harus  senantiasa  diingat, bahwa kemerdekaan  iu  bersifat  tiga  macam:  berdiri  sendiri  (zelfstandig),  tidak  tergantung kepada orang lain (onafhankelijk), dan dapat mengatur dirinya sendiri (vrijheid, zelfbeschikking) (Ki Hadjar Dewantara, 1977: 4).

Maksud pendidikan
  • Pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak. Adapun maksudnya pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak- anak  itu  agar  mereka  sebagai  manusia  dan  sebagai  anggauta  masyarakat  dapatlah mencapai keselamatan dan keahagiaan setingi-tingginya. Oleh karen itu, haruslah diingat bahwa pendidikan hanya   suatu ”tuntunan” di dalam hidup tumbuhnya anak-anak. Ini berarti, bahwa hidup tumbuhnya anak-anak itu terletak di luar kecakapan dan kehendak kaum pendidik. Anak-anak itu sebagai makhluk, sebagai manusia, sebagai benda hidup jelas hidup dan tumbuh menurut kodratnya  sendiri.  Kekuatan kodrati yang ada pada anak-anak tidak lain adalah segala kekuatan di dalam hidup batin dan hidup lahir dari anak-anak  itu,  yang  ada  karena  kekuasaan   kodrat.   Kaum  pendidik  hanya  dapat  menuntun  tumbuhnya  atau  hidupnya  kekuatan-kekuatan  itu, agar  dapat  memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya itu (Ki Hadjar Dewantara, 1977: 20-21).

Peralatan pendidikan
  • Ki Hadjar Dewantara (1977: 29) menjelaskan yang dimaksud dengan perkataan ”peralatan”   itu  sebenarnya  alat-alat  yang  pokok,  cara-caranya  mendidik.  Dengandemikian sebenarnya cara-cara itu teramat banyaklah jumlahnya. Akan tetapi dari sekian banyak itu dapatlah dibagi dalam beberapa kategori, sebagai berikut: (a) memberi contoh (voorbeeld);   (b) pembiasaan  (pakulinan,  gewoontevorming); (c) pengajaran  (leering, wulang-wuruk); (d) perintah, paksaan, dan hukuman (regeering en tucht); (e) laku (zelfbeheersching,  zelfdiscipline); (f)  pengalaman  lahir  dan  batin  (nglakoni,  ngroso, beleving). Alat-alat itu tidak perlu dipilih atau dilakukan semuanya, bahkan ada yang tidak  mufakat  dengan  salah  satu  dari  yang  termaktup  tersebut.  Seringkali  seorang pendidik mementingkan sesuatu bagian dan pada umumnya memilih cara-cara itu dihubungkan dengan jenis keadaan, khususnya kondisi usia anak.

Sistem Paguron
  • Menurut Hariyadi (1992:266) perguruan,   berasal dari bahasa Jawa   Paguron, mempunyai arti tempat dimana guru tinggal, dapat juga berarti ajarannya itu sendiri. Dengan demikian suatu paguron selain sebagai sekolah juga sebagai tempat tinggal guru. Hal ini dimaksudkan agar kegiatan para guru dan murid tidak terbatas pada jam-jam resmi belajar, tapi kegiatan tersebut diadakan sesudah jam-jam resmi belajar. Dengan demikian  suasana  perguruan  menjadi  hidup  dengan  berbagai  kegiatan  oleh  raga, kesenian, dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan  tersebut berada dibawah bimbingan  dan pengawasan para guru. Jam paguron Tamansiswa adalah jam kehidupan keluarga sepanjang hari dan dikenal bahwa tugas tersebut selama 24 jam.
  • Perguruan sebagai tempat tinggal pamong bersama murid dan sekaligus sebagai tempat  berguru  (sekolah)  dikenal  dengan  istilah  “School  worningtype”  merupakan ciptaan  Ki Hajar Dewantara.  Dalam perguruan semacam itu, hubungan  kekeluargaan antara pamong dan siswa, antara siswa dan siswa sangat erat. Hubungan kekeluargaan ini meresap  pada sanubari baik pada siswa maupun pamong. Hal ini sangat berbeda dengan sekolah sitem Barat, karena sesudah jam pelajaran selesai, maka sepilah suasana sekolah tersebut.


Lihat topik/entri terkait :
Ki Hajar Dewantoro


Sumber :
  • Jurnal Kependidikan  vol.39, No. 2, November 2009, hal. 129-140 : SISTEM AMONG PADA  MASA KINI: KAJIAN  KONSEP  DAN PRAKTIK PENDIDIKAN, oleh Muhammad Nur Wangid, Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, FIP Universitas Negeri Yogyakarta, diakses tanggal 30 September 2013) dimuat dalam media online :   journal.uny.ac.id   diakses tanggal 30 September 2013
  • Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka, Kwarnas Gerakan Pramuka, Jakarta, 2009.



Friday, 27 September 2013

Baden Powell : Ucapan & Pemikirannya



UCAPAN DAN PEMIKIRAN BADEN POWELL
TENTANG
PENDIDIKAN KEHIDUPAN KEPRAMUKAAN


MAMPU MEMECAHKAN MASALAH
  • "Seorang Pandu sejati adalah penuh akal. Ia dapat menemukan jalan keluar dari tiap-tiap kesukaran atau hal-hal yang tidak menyenangkan"
  HAKEKAT KEPRAMUKAAN
  • "Kepramukaan bukanlah suatu ilmu yang harus dipelajari secara tekun. Bukanlah pula suatu kumpulan ajaran-ajaran dan naskah-naskah buku.Bukan itu !  Kepramukaan adalah suatu permainan (games) yang menyenangkan di alam terbuka, tempat orang dewasa berjiwa muda dan anak-anak dapat pergi bersama mengadakan pengembaraan bersama seperti kakak-beradik membina kesehatan dan kebahagiaan, mendapatkan ketrampilan dan kesediaan menolong satu sama lain".

PENGERTIAN KEPRAMUKAAN
  • "Kepramukaan bukanlah ilmu yang sukar atau mendalam; lebih baik diartikan sebagai permainan yang menarik, bila anda tempatkan pada kedudukan yang benar. Sekaligus permainan itu bersifat pendidikan, dan ia condong memberi manfaat bagi yang memberi ataupun yang menerima. Kepramukaan harus diartikan suatu sistem latihan kewarganegaraanmelalui permainan untuk anak-anak putera dan puteri".
 MAKSUD GERAKAN KEPRAMUKAAN
  • "... Maksud dibentuknya Gerakan Pendidikan Kepramukaan Putera dan Puteri itu adalah untuk pembinaan putera dan puteri agar menjadi warganegara yang memiliki 3 S, ialah sehat, senyum gembira dan siap menolong ... .". 
 TUJUAN LATIHAN KEPRAMUKAAN
  • " ... . Tujuan latihan kepramukaan itu adalah untuk memperbaiki standar kehidupan masyarakat mendatang, terutama mengenai karakter (watak) dan kesehatan, mengganti sikap mementingkan diri sendiri dengan pengabdian, membuat para pemuda menjadi pribadi yang mantap baik moral maupun fisiknya, dengan sasaran menggunakan kemantapan itu bagi pengabdian pada bangsanya....”. 

SASARAN KEPRAMUKAAN
  • ''....Keseluruhan sasaran kepramukaan itu adalah membina watak anak yang sedang dalam semangat yang membara, membentuknya kedalam bentuk yang benar dan memberinya keberanian serta mengembangkan pribadinya, sehingga mereka itu dimungkinkan untuk mampu melatih diri menjadi orang baik sebagai warganegara yang berharga bagi negerinya ... “. 

TUJUAN AKHIR MEMBINA PRAMUKA
  • ".... Tujuan akhir kita (membina Pramuka) adalah mempersiapkan manusia mantap untuk tanah air terhormat, manusia yang kuat mental, fisik dan jiwanya; manusia yang dapat dipercaya; manusia yang mampu menghadapi tugas berat dan kesukaran; manusia yang teguh dan tidak tergoyah oleh berbagai ungkapan massa; manusia yang mampu, memberi banyak pengorbanan demi  kejayaan bangsa. MemiIiki patriotisme tidak sempit, tetapi dengan pandangan luas mampu melihat dengan simpatik cita-cita mulia para patriot negara lain....”.
PERHATIAN TERHADAP HAL - HAL KECIL
  • " Suatu pulau karang yang besar dapat dibangun oleh binatang-binatang laut yang amat kecil dengan jalan timbun-menimbun. Pengetahuan seseorang akan bertambah luas melalui perhatiannya terhadap hal-hal kecil, Ditimbunnya di otak dengan cara mengingat-gingat....”. 
UTAMAKAN PEMBINAAN MORAL DAN WATAK
  • "..... Janganlah lebih mengutamakan latihan ketrampilan tehnik daripada pembinaan moral. Semua kegiatan (kepramukaan) yang berupa ketrampilan, penjelajahan,perkemahan,pengembaraan, bakti masyarakat, jambore dan sebagainya itu hanyalah merupakan alat bukan tujuan akhir. Tujuan akhirnya adalah WATAK/KARAKTER.
  • Karakter yang mengandung arti. Arti itu ialah bahwa generas imendatang itu hendaknya generasi sehat yang mampu hidup dalam dunia yang tidak sehat ini, generasi yang penuh pengabdian, ketakutan terhadap Tuhan YME dan pengabdian kepada sesamanya.

PRAMUKA PUTRI
  • "Anak-anak puteri adalah rakyat yang penting, karena bila ibu-ibu suatu bangsa itu merupakan warga negara yang baik serta merupakan ibu-ibu dengan tabiat yang teguh, maka mereka akan mengusahakan agar anak-anaknya juga mengikuti jejak ibunya. Latihan itu diperlukan untuk kedua jenis golongan gerakan kepramukaan putra dan putri. Prinsip-prinsipnya  sama untuk keduanya. Hanya penjabarannya yang beraneka ragam". 

BERKEMAH
  • " Berkemah adalah suatu hal dalam kepanduan yang menarik anak-anak, kesempatan u  ntuk belajar percaya diri sendiri; dan supaya mempunyai banyak pengalaman disamping menyehatkan badannya. Ada orang tua yang belum mempunyai pengalaman sendiri tentang penghidupan perkemahan, memandang perkemahan dengan kesangsian, karena mungkin sekali terlalu kasar dan berbahaya bagi anak-anaknya. Tetapi apabila mereka melihat anak-anak mereka kembali ke rumah dengan wajah berseri-seri penuh kebahagiaan, kuat dan sehat, serta rohaninya menjadi baik yakni tentang kejantanan (kejujuran, keikhlasan) dan penuh jiwa persaudaraan, mereka tentulah akan menerima dengan baik semua kebaikan yang datang dari hidup di luar itu (berkemah). Saya berharap dengan sungguh-sungguh, mudah-mudahan tidak ada rintangan di jalan anak-anak itu, dalam melewatkan liburan mereka menurut sasaran-sasaran di atas ".

Lihat topik/entri terkait :
Baden Powell of Gilwell (1857 - 1941) : Bapak Pandu Dunia
Lord Baden Powell : Pesan Terakhir
Lord Baden Powell : Senyum Pandu



Sumber :
Panduan Kegiatan Perkemahan dan Ketrampilan Pramuka, Kwarda DKI Jakarta, 2000.

Thursday, 26 September 2013

Fotografi & Videografi Pramuka : Imaginary Line/Crossing Line/Rule of 180 Degree



Topik Imaginary Line/Crossing Line/Rule of 180 Degree  ini diperlukan terutama untuk pengambilan gambar berseri (foto seri) atau pengambilan adegan untuk sebuah film/video. Materi ini sangat penting agar gambar adegan yang diambil di lapangan yang biasanya diambil/di shot adega demi adegan dapat disambung di ruang editing sehingga menjadi gambar yang berurutan baik komposisi, size maupun penceritaannya.

Dalam pengambilan gambar saat produksi maka ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh Kamerawan. Prinsip tersebut antara lain adalah continuity of direction dan  continuity of action. Untuk menjamin kesinambungan / continuity dari arah pandang, arah gerakan dari object dalam frame, maka ditetapkan suatu garis sumbu / axis line/ imaginary line dari object-object.  Bila prinsip ini tidak diikuti maka akan menyulitkan saat editing (Pascaproduksi) serta  akan membinggungkan penonton  dalam menyaksikan suatu ceritera / program acara.

Garis ini ditarik / diambil dari arah pandang, arah jalan maupun  arah gerakan objek / orang.Bila melanggar / melompati garis sumbu / imaginary line/ crossing line akan menghasilkan  Jump ofScreen Directionsaat editing.

Dalam kenyataannya Imaginary Line atau Crossing Line atau garis Sumbu tidak pernah ada, namun harus diimajinasikan bahwa garis itu ada .Ketika Kamerawan dan Tim berada di lokasi Shooting maka yang harus diperhatikan  sebelum penem-patan kamera adalah :
  1. Tentukan  ImaginaryLine  dari arah pandang obyek/ orang atau arah gerakan orang atau kendaran.
  2. Tetapkan Imaginary Line dari arah pandang orang atau arah gerakan orang atau kendaran
  3. Kemudian pilih salah satu sisi, kiri atau kanan yang mudah dan menarik.
  4. Memilih posisi yang sesuai dengan arah sumber cahaya untuk memperoleh gambar yang terang dan jelas.
  5. Tempatkan Kamera (Camera blocking) pada sudut pandang yang menarik. (Kamera hanya berada dalam zona 180 derajat )

Bila kamerawan melewati Imaginary Line atau garis sumbu, maka hasil gambar akan tertilihat jumping atau melompat, karena arah pandang berubah tidak sesuai dengan sebelumya. Hal ini akan membuat penonton bingung untuk menikmati sajian acara tersebuit seperti wawancara. Gambar berikunta nya memperlihatkan Kamerawan melewati gari sumbu/imaginary Line.


Untuk menjamin kesinambungan arah gerakan dan arah pandang obyek saat editing, maka penepatan kamera oleh Kamerawan tidak boleh melewati Imaginary Line/Crossing line, tetap pada posisi 180 derajat.


CAMERA POSITION UNTUK OVER SHOULDER SHOT (OSS)



CAMERA POSITION UNTUK OBJECT DIRECTION DALAM RULE OF 180 DERAJAT




Gambar yang sama ketika diambil dengan posisi kamera yang berbeda maka akan menghasilkan arah gambar yang berbeda. Perhatikan posisi kamera dan hasil gambarnya.

Untuk menjamin kesinambungan arah gerakan dan arah pandang obyek saat editing, maka penepatan kamera oleh Kamerawan tidak boleh melewati Imaginary Line/Crossing line, tetap pada posisi 180 derajat. 

Selamat Berkarya. Salam Pramuka.


Lihat Entri/Topik Terkait
Fotografi & Videografi Pramuka :  Camera Angle
Fotografi & Videografi Pramuka : Teknik Pembingkaian Gambar (Framing)
Fotografi & Videografi Pramuka :  Komposisi Gambar

Sumber :
Komposisi Gambar  dalam Produksi Acara Televisi,  Hanoch Tahapary,  Kementrian Diknas, 2011.
Panduan Kerja Kamerawan Televisi,  Anis Ilahi Wh, Kementrian Diknas, 2012



Tuesday, 24 September 2013

HS Mutahar - Tokoh Pandu/Pramuka Indonesia





M. Husein Mutahar, lahir di Semarang, Jawa Tengah, 5 Agustus 1916 – meninggal di Jakarta, 9 Juni 2004 pada umur 87 tahun). Beliu lebih dikenal dengan nama H. Mutahar, seorang komposer musik Indonesia, terutama untuk kategori lagu kebangsaan dan anak-anak. Lagu ciptaannya yang sangat populer adalah himne Syukur (diperkenalkan Januari 1945) dan mars Hari Merdeka (1946). Karya terakhirnya, Dirgahayu Indonesiaku, menjadi lagu resmi ulang tahun ke-50 Kemerdekaan Indonesia.

Ia mengecap pendidikan setahun di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada periode 1946-1947, setelah tamat dari MULO B (1934) dan AMS A-I (1938). Pada tahun 1945, Mutahar bekerja sebagai Sekretaris Panglima Angkatan Laut RI di Jogjakarta, kemudian menjadi pegawai tinggi Sekretariat Negara di Jogjakarta (1947). Selanjutnya, ia mendapat jabatan-jabatan yang meloncat-loncat antardepartemen. Puncak kariernya barangkali adalah sebagai Duta Besar RI di Tahta Suci (Vatikan) (1969-1973). Ia diketahui menguasai paling tidak enam bahasa secara aktif. Jabatan terakhirnya adalah sebagai Penjabat Sekretaris Jenderal Departemen Luar Negeri (1974).

Mutahar aktif dalam kegiatan kepanduan. Ia adalah salah seorang tokoh utama Pandu Rakyat Indonesia, gerakan kepanduan independen yang berhaluan nasionalis. Ia juga dikenal anti-komunis.
Ketika seluruh gerakan kepanduan dilebur menjadi Gerakan Pramuka, Mutahar juga menjadi tokoh di dalamnya dan pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Masa Bakti 1967-1970. Beliau juga menciptakan sejumlah lagu-lagu Pramuka yang sangat populer hingga saat ini.

Namanya juga terkait dalam mendirikan dan membina Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka), tim yang beranggotakan pelajar dari berbagai penjuru Indonesia yang bertugas mengibarkan Bendera Pusaka dalam upacara peringatan Hari Kemerdekaan RI.
Dalam sebuah  makalah yang ditulis tahun  1993 berjudul "Scouting" HS Mutahar menyampaikan pandangannya tentang Gerakan Pramuka, sbb :

"... Menurut pendapat dan pendirian saya pribadi, bagi kita di Indonesia, yang tepat kita ambil dari Scout Training tersebut, adalah Method of Training beserta inti maksud training tersebut, yaitu Character Building atau pembinaan watak sang anak. Faktor-faktor lainnya, harus kita adaptasikan, kita sesuaikan dengan kepentingan dan keperluan Indonesia serta dengan kepribadian Bangsa kita...."

"... Dari aspek Outdoors-nya scouting yang pantas kita ambil adalah maksud dari menggunakan Outdoors activities itu ...."

"... Pertama, mengembangkan sifat-sifat karakter/watak yang positif/baik dari orang-orang outdoors ialah:
  1. orang-orang desa (backwoodmen)
  2. penjelajah
  3. orang-orang di tempat-tempat terpencil (frontiersmen)
Kedua : Dengan melakukan pekerjaan-pekerjaan praktis mereka itu, kita berharapan dapat mencapai nilai-nilai formal/pendidikan dari aktivitas tersebut. Dengan kata lain, kita dapat membina/membangun watak yakni sifat-sifat karakter yang positif/baik pada anak-anak...."

"... Setiap kegiatan pendidikan mempunyai nilai formal atau nilai pendidikannya serta nilai meterialnya atau nilai kegunaan praktisnya. Dalam gerakan scouting atau kepanduan banyak sekali kegiatan atau training atau latihan atau permainan (=games, bukan play) yang diadakan dengan titik berat pada pencapaian nilai formal atau nilai pendidikannya. Bukan untuk mencapai nilai materialnya semata-mata. Hal inilah yang banyak salah mengerti oleh orang di "luar" kepanduan...."

"... Perkembangan keadaan global sekarang sedang berubah ke arah pemeliharaan Lingkungan Hidup karena disadari bahwa equilibrium (kesinambungan) dalam alam ternyata guncang. Dalam kamus, lingkungan hidup itu sama dengan ALAM. Dengan kata lain; dengan memelihara lingkungan hidup, dikehendaki tercapainya kembali equilibrium atau keseimbangan dalam ALAM....''

Sumber
Buku 40 Tahun Gerakan Pramuka, Kwarnas Gerakan Pramuka,  Jakarta 2001
www.wikipedia.or.id


Wednesday, 18 September 2013

Kerajinan Tangan Pramuka : Origami Binatang Jerapah






Tema
Membuat Origami Binatang Jerapah


Persiapan

Bahan utama pembuatan origami adalah kertas. Siapkan kertas origami dengan ukuran12 X 12 cm atau 16 x 16 cm.  Warna kertas dengan double flourecent yang cerah dengan depan dan belakang kertas memiliki warna yang sama.

Untuk membuat origami alat yang dibutuhkan adalah kertas dan tangan. Namun demikian ada beberapa alat bantu yang dapat digunakan agar hasil pekerjaannya lebih maksimal. Alat-alat ini bisa didapatkan di toko kertas, kerajinan atau toko buku, yaitu :

  • alat lipat yaitu strip kecil dengan ujung bulat, agak mirip  sumpit pendek .Yang  Tradisional terbuat dari tulang, alat lipat sekarang bisa terbuat dari plastik atau kayu
  • Alat potong kertas . sebuah alat potong kertas A3 cukup memadai bagi yang akan memulai origami. saat anda memilih alat potong kertas pastikan skala dan garisnya benar dan lurus.
  • Kontainer tempat menyimpan kertas, untuk menyimpan kertas secara datar ataupun alat lain, dengan kotak terpisah.
  • Tempat menyimpan model Origami yang telah jadi bisa berupa dus atau kotak-kotak kecil yang sekarang banyak dijual di supermarket atau tempat jasa pembungkus kado. Saat menyimpan model origami di kotaknya, sertakan potonga kertas  kecil atau tisue untuk pengaman.
  • Cutting Mat, yaitu tatakan saat anda memotong kertas.
  • Lem, walau ada beberapa pecinta origami yang anti menggunakan lem. untuk bentuk-bentuk tertentu
  • Kotak kardus kecil yang telah digunakan untuk kemasan biasanya gratisertentu lem sangat membantu.
  • Kamera Digital, alat ini berguna sekali untuk membuat diagram secara kasar, menangkap inspirasi atau sebagai galery virtual yang anda miliki.
  • Klip Kertas, klip ini akan diperlukan untuk model-model tertentu.
  • Palu, palu??? ya kenapa tidak, akan dibutuhkan saat anda perlu menekan kertas dengan keras


Cara Melipat 
Cara melipat dalam seni origami sangat penting untuk diperhatikan, karena dengan cara melipat yang tepat akan menghasilkan garis-garis yang tepat. Beberapa cara melipat

Melipat di atas Meja, 
adapun cara-cara yang dianjurkan adalah sbb :
  • Simpan kertas diatas meja yang bersih dan rata (licin)
  • Selanjutnya lipat kertas, saat kondisi seperti ini salah satu tangan menahan kertas sehingga kertas tidak berubah tempat. Selanjutnya gabungkan titik sudut yang diinginkan , tahan dengan satu tangan dan tangan yang lain menekan kertas. Lihat Gb.1
  • Langkah ke (ii) dilakukan terus jika diperlukan.
Melipat melayang diudara, 
Maksudnya melipat tapi tidak dilakukan diatas meja, metoda ini di sebut dengan istilah fly folding. Langkahnya adalah sbb :
  • Pertemukan terlebih dahulu 2 sudut yang akan ditemukan, selanjutnya salah satu tangan memegang bagian sudut tersebut, dan tangan yang lain menyapu bagian yang ingin dilipat. Pada tahap ini mungkin akan lebih jelas jika melihat gambar ilustrasinya di gb.2
  • Selanjutnya jika sudah terlihat presisi disetiap bagian kita dapat melakukan hal seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini.


  • Metoda melipat diatas hanyalah alternative yang dapat dipilih dan sedikit masukan agar dalam setiap membentuk garis yang diminta dalam proses pembuatan model origami memiliki hasi yang optimal.selanjutnya yang paling penting adalah bagaimana cara mendapatkan garis yang akurat dan presisi di setiap bagian yang kita inginkan.



Ikuti langkah-langkah sbb :
Untuk membuat origami binatang jerapah ikuti, langkah-langkah berdasar gambar di bawah ini :







 Lihat Entri/Topik Terkait
 Kerajinan Tangan Pramuka : Seni Membuat Origami
 

Sumber :
http://pintarorigami.blogspot.com
http://origami-indonesia.com






Kerajinan Tangan Pramuka : Seni Membuat Origami






Pengertian :

Origami adalah seni lipat  dari Jepang.  Berasal  dari kata  "ori"  yang berarti "lipat" dan kata "gami"  yang berarti "kertas".  Bahan yang digunakan adalah kertas atau kain yang biasanya berbentuk persegi. Seni origami merupakan  hasil karya kerajinan tangan yang sangat teliti, halus dan indah. Oleh sebab itu sebagai karya kreatif origami  menarik bagi semua usia dan golongan manusia karena proses pembuatannya yang menantang, membutuhkan ketelitian dan mampu mengembangkan rasa keindahan.

Belajar  origami sangat menghibur, memotivasi sikap estetik (rasa keindahan) dan meningkatkan ketrampilan kerja tangan dan pikiran. Bahkan seni origami juga dapat menjadi media terapi bagi  pasien cacat mental dan pasien yang memiliki keterbatasa fisik.  Seni kerajinan tangan origami mengenalkan berbagai bentuk geometris dan juga lipatan-lipatan yang terstruktur untuk membentuk obyek tertentu. Dengan sifatnya yang semacam itu maka tidak mengherankan jika origami juga banyak dijadikan sebagai media pendidikan.


Sejarah

Seni origami tidak dapat dilepaskan dari sejarah perjalanan Bangsa Jepang. Seni ini telah berkembang sejak abad pertama yaitu pada periode Heian (794-1183), ketika Jepang menutup diri dari pengaruh bangsa-bangsa lain. Tercatat  sekitar  tahun 1000,  Murasahi Shikibu  menulis "Kisah Pangeran Genji,"  sebuah surat cinta dalam bentuk puisi yang ditulis di atas kertas lipatan dalam bentuk yang luar biasa karena selaras dengan isi tulisannya, indah dan  halus.  Mungkin inilah origami pertama yang dikenali dalam sejarah.
Periode Kamakura (1183-1333)  periode pemerintahan militer dan kaum  agamawan yang mencerminkan hubungan baik antara para prajurut dan rohaniwan. Menurut Yoshizawa master, (artikel yang diterbitkan dalam The Origam, 1963), mengatakan bahwa dari periode Kamakura sampai periode Muromachi (1333-1573) seni origami hanya dinikmati dan dilakukan oleh para bang sawan atau orang-orang kaya pada waktu itu.

Seni origami terus berkembang dari masa ke masa hingga memasuki tahun  1950-1960 lahirlah seorang  guru yang hebat dalam seni origami yaitu Isao Honda dan Akira Yoshizawa. Kedua tokoh inilah yang   menciptakan bentuk-bentuk baru yang kemudian dikenal dengan  origami modern. Dari periode inilah origami kemudian berkembang ke seluruh dunia dan memperoleh dukungan dari tokoh berbagai bangsa, seperti  Lillian Oppenheimer, Dr Vicente Solorzano Sagredo, (pendiri Museum Origami di Argentika  pada tahun 1954 dan  ditutup pada tahun 1961), Ligia Montoya (Argentina), Adolfo Cerceda (Argentina), Vicente Palacios, Montroll, Nakano, N. Elias dan banyak lainnya.

Diinspirasi oleh para tokoh di atas seni origami berkembang untuk dipelajari dan ditafsirkan lebih lanjut hingga bentuknya yang sangat beragam seperti sekarang ini. Seni Origami kini berkembang di banyak negara dengan berbagai varian baik bentuk, fungsi maupun penampilannya.

Seni Origami sebagai Media Pendidikan
Origami sebagai media pendidikan tidak saja menarik tapi juga efektif. Dengan komunikasi dan pemilihan materi yang tepat origami dapat dijadikan sebagai media untuk menjelaskan dan mengembangkan kemampuan penguassan  seni, ilmu sosial, ilmu bahasa hingga ilmu alam dan ilmu pasti.

Origami sebagai media pendidikan di bidang Ilmu Sosial, seni dan bahasa :
  • Meningkatkan Kesadaran Multikultural dan Apresiasi
  • Ilustrasikanlah Acara Sejarah dan peringatannya denga origami
  • Jelajahi  Bahasa, Musik dan Sejarah Asia,bahasa Seni
  • Mengembangkan Pengakuan Representasi Pictorial dan Simbolan
  • Menafsirkan Diagram
  • Mengembangkan bahasa verbal dan Kosakata
  • Mengembangkan Keterampilan Komunikasi
  • Mengembangkan Pemahaman Membaca
  • Mengembangkan Keterampilan Menulis Kreatif – Origami dan Mendongeng
  • Ilustrasikanlah drama Kreatif dengan Boneka Origami
  • Storygami, menggabungkan cerita dengan penjelasan pembuatan diagram origami
  • Menghubungkan Sastra Multikultural dan Matematika
Origami sebagai  media pendidikan di bidang Ilmu Sains :
  • Mengenal anatomi  Hewan, Burung, dan Serangga Tanaman
  • Penelitian tentang spesies hewan, tumbuhan
  • Mengerti tentang kertas Recycle (daur ulang) dan kegunaannya, sehingga dapat meningkatkan kesadaran dan sensitifitas akan lingkungan
  • Uji Origami Model untuk Aerodinamika, kecepatan gerak (motion velocity) dan Volume
  • Promosikan karya Ilmiah, Pengamatan , Ukuran Model dan Data Grafik Model
Origami sebagai media pendidikan di bidang Ilmu Matematika
  • Mengembangkan penguasaan tentang Bentuk, Ukuran, Warna
  • Mengembangkan Fundamental Matematika Geometris
  • Mengembangkan Konsep Matematika dan memperkenalkan kosakata istilah matematika
  • Mengembangkan Simetri – Kongruensi – Sudut
  • Mengembangkan Pecahan – Rasio – Proporsi – Pengukuran
  • Mengembangkan Pemecahan Masalah, Keterampilan Berpikir analitis dan Kritis
  • Membantu memahami  3 Dimensi Objek – Hubungan Spasial
  • Membantu kemampuan menjelajahi Pola dan Membuat Koneksi

Seni Origami sebagai Media Pendidikan Kepramukaan

Berdasar  bentuk dan proses pembuatannya seni origami dapat dijadikan sebagai media pendidikan kepramukaan. Secara spesifik seni origami dapat digunakan sebagai media pendidikan kperamukaan yang berbeda untuk tiap jenjang pendidikan, seperti :
  • Pada jenjang Siaga : dapat menjadi media membangun kegembiraan, sikap kerjasama, memupuk sikap apresiasitif  terhadap karya seni, melatih ketelitian, ketekunan, kesabaran dan juga membangun sikap inovatif dan pantang menyerah.
  • Pada jenjang Penggalang : menjadi media ekspresi dan aktualisasi diri, membangun kebanggaan kelompok, memupuk sikap apresiatif terhadap karya seni,  melatih ketelitian, ketekunan, kesabaran dan membangun sikap inovatif.
  •  Pada jenjang Penegak dan Pandega : sebagai media karya "ekonomi kreatif" yang memiliki nilai jual dan nilai ekonomis, memotivasi untuk terus berkarya dan berinovasi serta merangsang kemampuan untuk  membaca peluang dan pasar dalam kerangka  mengembangkan sikap kewirausahaan.


Lihat entri/topik terkait
Kerajinan Tangan Pramuka : Origami Binatang
Kerajinan Tangan Pramuka : Origami Bunga
Kerajinan Tangan Pramuka : Origami Sederhana


Sumber :
http://senimelipat.blogspot.com
http://origami-indonesia.com
id.wikipedia.org

-- dan berbagai sumber lain, ditulis ulang serta disesuaikan untuk keperluan ensiklopedia pramuka. (-aiw)


Saturday, 14 September 2013

Media Pendidikan Kepramukaan

 


Media Pendidikan Kepramukaan

Agar kegiatan kepramukaan menarik  serta  sejalan dengan   aspirasi anak dan remaja masa kini maka para Pembina Pramuka hendaknya memiliki ketrampilan memanfaatkan media pendidikan/pelatihan.  Media pendidikan dalam kepramukaan sama pentingnya dengan  materi pendidikan dan  metode pendidikan. Jika ketiganya  dirancang dan diterapkan  dengan baik akan membantu efektfitas pencapaian tujuan pendidikan kepramukaan.

Media dalam bahasa  latin disebut “medius” yang artinya “tengah”. Menurut Azhar Arsyad, secara umum "media" dapat diartikan sebagai semua bentuk perantara untuk menyebar, membawa atau menyampaikan sesuatu pesan (message) dan gagasan kepada penerima. Sedangkan menurut Yusuf Hadi Miarso dalam salah satu artikelnya memberikan batasan bahwa media pendidikan adalah segala  sesuatu yang dapat digunakan untuk merangsang fikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa, sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada siswa.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa media pendidikan kepramukaan merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk membantu latihan pramuka khususnya dalam menyalurkan pesan atau materi  kepramukaan  sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perbuatan, minat, perhatian, inisiatif, aspirasi, motivasi dan keinginan para pramuka dalam sebuah latihan pramuka yang menarik dan mengesankan.

Fungsi Media Pendidikan
 

Sebagaimana yang disampaikan oleh Arief S. Sadiman dalam bukunya bahwa secara umum media pendidikan mempunyai kegunaan sebagai berikut: Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistik, mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indra dan dapat digunakan sebagai variasi dalam pengajaran.

Secara spesifik media pendidikan dapat digunakan dan difungsikan untuk :
  • Memungkinkan interaksi langsung antara anak didik dengan lingkungan kenyataan.
  • Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya.
  • Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk siswa, maka guru akan banyak mengalami kesulitan bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri. Masalah ini dapat diatasi dengan media pendidikan.

Kerucut Pengalaman Edgar Dale


Edgar Dale yang merupakan salah satu pakar dalam bidang Teknologi Pendidikan memandang bahwa nilai media dalam pembelajaran diklasifikasikan berdasarkan nilai pengalaman yang terbadi dalam 12 tingkatan. Tingkat pengalaman yang paling tinggi nilainya adalah pengalaman yang paling konkret. Sedangkan yang paling bawah adalah yang paling abstrak. Dale membuat klasifikasinya dengan menggambarkan dalam bentuk sebuah kerucut. Dia menamakan ini dengan “Kerucut Pengalaman”
      
         
Berdasarkan kerucut pengalaman Edgar Dale, maka dapat kita jelaskan bahwa kedua belas tingkatan tersebut adalah :
  1. Pengalaman yang paling tinggi nilainya adalah direct purposeful experience yaitu pengalaman yang diperoleh dari hasil kontak langsung dengan lingkungan, objek, binatang, manusia dan sebagainya.
  2. Tingkat kedua adalah pengalaman yang diperoleh dari kontak melalui model, benda tiruan atau simulasi (contrived expence).
  3. Pengalaman tingkat berikutnya adalah Dramatized Experience Verbal Symbol, yaitu pengalaman yang diperoleh melalui permainan (permainan pengajaran), sandiwara boneka, permainan peran, drama soaial atau psikologis.
  4. Demonstration, yaitu pengalaman yang diperoleh melalui pertunjukkan.
  5. Study Trips, yaitu pengalaman yang yang diperoleh melalui karyawisata.
  6. Exhibition, pengalaman yang diperoleh melalui pameran.
  7. Education TV, pengalaman yang diperoleh melalui televisi pendidikan.
  8. Motion Picture, pengalaman yang diperoleh melalui gambar atau film hidup atau bioskop.
  9. Still Picture, pengalaman yang peroleh melalui gambar mati, slide, atau fotografi.
  10. Radio dan Recording, pengalaman yang diperoleh melalui siaran radio atau rekaman suara (audio recording).
  11. Visual Symbol, pengalaman yang diperoleh melalui symbol yang dapt dilihat seperti grafik, bagan atau diagram.
  12. Verbal Symbol, pengalaman yang diperoleh melalui penuturan dengan kata-kata.

Penggunaan Kerucut Pengalaman dalam Pendidikan Keperamukaan

1. Pengalaman Langsung
Proses pelatihan dengan memberikan pengalaman sekonkrit mungkin sehingga pengalaman tersebut dapat tertanam dalam diri peserta didik dengan sangat kuat.  Proses pembelajaran dalam tahap ini misalnya dengan cara peserta didik memegang, merasakan atau mencium secara langsung benda-benda yang dijadikan meteri  pelajaran seperti permainan KIM pendengaran, penglihatan, perasaan dalam pramuka siaga atau kegiatan membersihkan lingkungan, berkebun, mengecat pagar dalam kegiatan pramuka penggalang dsb.

2.   Pengalaman Tiruan (Contrived Experiences)
Tingkat kedua dari kerucut ini sudah mulai mengurangi tingkat ke-konkritannya karena sudah melibatkan alam pikiran atau imajinasi. Contohnya para peserta didik diminta membuat miniatur jembatan, menara, robot atau bend lain  dari togkat, kardus atau dari bahan lain. Membuat model atau miniatur bukanlah proses yang sebenarnya melainkan proses membuat tiruan yang telah melibatkan pikiran dan imajinasi.

3. Dramatisasi (Dramatized Experiences)
Dramatisasi merupakan media pendidikan untuk merekonstruksi  pengalaman yang sudah lalu, misalnya peristiwa sejarah. Peristiwa sejarah adalah peristiwa masa lalu yang tidak dialami oleh peserta didik, maka untuk memberikan pengalaman dapat dilakukan dengan metode dramatisasi atau bermain peran.  Dengan bermain peran seolah-olah memberikan pengalaman peserta didik untuk terlibat dalam sebuah peristiwa.

Penerapan media dramatisasi dapat dibadi menjadi dua yaitu kelompok partisipasi dan observasi. Kelompok partisipasi merupakan kelompok  aktif yang secara langsung terlibat dalam panggung drama. Sedangkan kelompok observasi merupakan kelompok yang bertugas melakukan pengamatan untuk memberikan kesimpulan, komentar, kritik, masukan, dsb.

4.  Demonstrasi (Demonstrations)
Demonstrasi merupakan upaya memberikan gambaran penjelasan dari sebuah fakta atau proses. Para Pembina dapat menjadikan dirinya Seorang demonstrator atau meminta bantuan ahli lain sebagai demontrator dengan cara menunjukkan bagaimana sesuatu itu bisa terjadi.  Beberapa contoh untuk penggunaan media demonstrasi adalah ketika para Pembina menunjukan proses penjernihan air untuk keperluan perkemahan atau narasumber ahli mendemonstrasikan penanganan patah tulang dalam PPPK, dsb.

5. Karya Wisata (Field Trip)
Karya wisata merupakan pemberian pengalaman langsung kepada peserta didik yang sangat menarik. Melalui karya wisata peserta didik memiliki kesempatan bersentuhan secara langsung, mengamati, mencoba dan mendalami obyek disebuah tujuan wisata. Yang penting dalam sebuah karya wisata para Pembina menyusun tujuan, rute, waktu dan obyek secara mendetail agar tujuan karya wisata dapat dicapai dengan baik. Karya wisata tanpa perencanaan yang matang akan mubazir.

Kesimpulan
  • Dale dalam Kerucut Pengalaman Dale (Dale’s Cone Experience) mengatakan:  “hasil belajar seseorang diperoleh melalui pengalaman langsung (kongkrit), kenyataan yang ada dilingkungan kehidupan seseorang kemudian melalui benda tiruan, sampai kepada lambang verbal (abstrak). Semakin keatas puncak kerucut semakin abstrak media penyampai pesan itu. Proses belajar dan interaksi mengajar tidak harus dari pengalaman langsung, tetapi dapat dimulai dengan jenis pengalaman yang paling sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan kelompok peserta didik dengan mmpertimbangkan situasi dan lingkungan belajar”.
  • Pengalama langsung akan memberikan informasi dan gagasan yang terkandung dalam pengalaman itu, oleh karena ia melibatkan indera penglihatan, pendengaran, perasaan, penciuman, dan peraba. Dari kerucut  Edgar Dale tampak  bahwa pembelajaran yang hanya melalui kata-kata mempunyai nilai yang sangat rendah dalam alur pengalaman manusia. Oleh karena itu, agar pembelajaran dapat memberikan pengalaman yang berarti bagi peserta didik maka para  Pembina Pramuka perlu memikirkan media yang pembelajaran yang dapat membawa peserta didik  kepada pengalaman yang lebih konkret. Hal ini tentu sejalan dengan pendidikan kepramukaan yang lebih menekankan pada pendidikan berdasar pengalaman, berlangsung di alam terbuka, belajar sambil bermain dan belajar sambil bekerja dan mencoba.

Salam Pramuka, Selamat Memandu

Sumber : 
www.sarjanaku.com
umamuka.blogspot.com

dan berbagai sumber lain yang relevan. Ditulis ulang dan disesuaikan untuk keperluan "ensiklopedia pramuka" (-aiw)

·