Thursday, 11 October 2012

Cerita untuk Pramuka Siaga : Kancil & Buaya




Pengantar
Kancil dan buaya merupakan salah satu cerita binatang (fable) yang sangat popular  dan digemari anak-anak.  Fabel Kancil & Buaya yang berasal dari tradisi lisan mayarakat tradisional  memang memiliki banyak versi dan memiliki kelenturan untuk dikembangkan oleh para pendongeng  baik dari sisi alur, suasana, dialog dan karakterisasi tokoh. Oleh sebab itu para Pembina Siaga bisa memanfaatkan Fabel ini dengan penuh improvisasi untuk membangun minat dan perhatian serta menghindarkan para siaga bosan karena pernah mendengar cerita ini. Meski terbuka untuk improvisasi, dalam fabel ada yang tidak  berubah yaitu maksud dan kandungan nilai-nilainya.

Kandungan Nilai
  • Alam itu indah dan sumber kehidupan maka harus dijaga bersama-sama
  • Kehormatan  harus diraih dengan pengorbanan, kemauan membantu dan menghormati sesama
  • Kecerdikan & rendah hati bisa mengalahkan ketamakan & kesombongan, dll

Korelasi dengan Area Pengembangan Pramuka Siaga
  • Kegiatan mendongeng ini dominan mengembangkan area kecerdasan  sosial  terutama dalam membangun kesadaran pentingnya menghargai, menghormati dan menjaga persahabatan (social respect).
  • Kegiata mendongen ini juga dominan mengembangkan kecerdasan emosional terutama dalam membangun kesadaran  bahwa membahagiakan orang lain adalah juga membahagiakan diri sendiri.
  • Kegiatan mendongeng ini dapat pula mengembangkan kecerdasan intelektual terutama  dalam segmen kegiatan  mengungkapkan dan memberikan tanggapan. Untuk dapat memberikan tanggapan para siaga secara tidak sadar dilatih untuk berkonsentrasi, melakukan proses analisis dan menyimpulkan.
  • Kegiatan mendongeng ini dapat pula digunakan untuk mengembangkan area kecerdasan spiritual dengan cara para Pembina lebih dominan dan memberikan deskripsi khusus tentang indahnya semua ciptaan Tuhan di bumi ini dan tugas mahluk Nya untuk merawat dan memanfaatkannya dengan penuh tanggungjawab.
Materi Pendukung
  • Alat yang dibutuhkan  : boneka,  gambar-gambar hutan yang indah, gambar sungai, sound system dan audio player (CD, HP, Laptop, dsb)
  • Karakter        :  Kancil cerdik, bijak dan setia kawan. Buaya  tamak & sombong
  • Teknik           :  narasi, dramatisasi (dialog), nyanyian
  • Sound effect  :  athmosphere hutan (suara burung-burung, angina semilir), suara sungai, dll.

Persiapan :
Para siaga sehabis upacara pembukaan bersama Bunda dan Bucik duduk di bawah pohon. Bucik mengajak bernyanyi dan bermain tepuk tanga untuk mencairkan suasana. Kemudian Bunda menyapa para siaga.
Bunda        :  “Siaagaaaa …..”                
Para Siaga  :  “Siaapppppp ……” 
Bunda        :   Siaga yang super …. Kali ini Bunda ingin membawakan cerita kisah Kancil dan
                       Buaya.  Siapa yang tahu binatang Kancil … (para siaga menjawab dengan riuh
                       rendah), siapa yang tahu buaya ……… (para siaga menjawab) 


Pelaksanaan.
(Pada saat Bunda dengan para siaga sedang ramai  membicarakan tentang  apa itu kancil dan apa itu buaya -  Bu Cik, tiba-tiba memutar  suara athmosphere hutan yang berisi kicauan burung, bunyi air, suara binatang yang sangat indah. Suara efek berhenti ketika Bunda sudah mulai mendongeng).

Bunda   (Narasi dengan alat bantu gambar hutan yang indah) :
"Para Siaga …………..  Dahulu kala di sebuah hutan yang indah, rindang dengan pepohonan, air yang jernih melimpah, hiduplah banyak binatang seperti kancil, banteng, rusa, ....."  (dst … Bunda menunjukan gambar-gambar binatang dan para siaga akan  menjawab dengan lantang nama binatang yang gambarnya ditunjukan oleh Bunda satu persatu).

Bunda melanjutkan (Narasi tanpa alat bantu gambar):
“Semua binatang itu hidup di hutan dengan rukun, damai dan tolong menolong" - seperti para Siaga Bunda ... bukan - Betul Bunda ... jawab Para Siaga .... Bunda melanjutkan narasinya : "Kancil  adalah binatang yang cerdik, pandai dan suka menolong. Banyak binatang yang datang minta tolong dan nasehat, Kancil dengan senang hati tanpa pamrih memberikan pertolongan. Karena sifat baiknya itu, Kancil  diangkat menjadi pemimpin dan sangat dicintai oleh binatang-bintang lain di hutan itu”

Bunda melanjutkan (narasi dengan alat bantu  Boneka kancil dan rusa)
“Di suatu sore yang indah … Kancil sedang berjalan santai ditengah hutan (Boneka Kancil – diperagakan seperti sedang berajalan), bertemulah Kancil dengan sekerumunan rusa yang sedang bermain :

Bunda  (Dialog dengan membedakan antara suara kancil dan rusa)   
Kancil      :   “Sahabat-sahabatku rusa yang super ….. apakabar sore ini”
Rusa         :   “Kabar kami baik Kancil, makanan tidak kurang karena hutan ini subur,
                      udara juga bersih karena tidak ada polusi, pohon-pohon besar membikin hutan
                      ini juga teduh”
Kancil      :   “Ya betul kawan-kawan, hutan kan ciptaan Tuhan yang harus kita rawat.
                     Terus kalian sedang ngapain sore-sore begini berkumpul ….”
Rusa        :    “Kami akan bermain, bergembira,  bernyanyi, bertepuk tangan dan menari – bersahabat,
                     belajar sambil bersenang-senang.  Ayo dong Kancil ikut sebentar bernyanyi bersama
                     kami …”
Kancil     :    “Oh ya ya ya, saya juga suka bernyanyi … kalian akan bernyanyi apa ?"   
Rusa        :    “Di sini senang, Di sana Senang ….  Kancil" jawab rusa dengan halus.. 

Bunda  (Narasi  dengan nada riang)
Rusa memanggil teman-temannya : “Ayo teman-teman kita bernyanyi bersama Kancil yang baik hati ……”  Teman-teman rusa datang berkumpul dan kemudian mereka bernyanyi bersama Kancil.

(Bunda kemudian mengajak para Siaga bernyanyi) "Apakah para siaga disini juga mau bernanyi bersama kancil dan rusa ...?   : Mau Bunda - jawab para siaga. (Bunda memainkan boneka kancil dan rusa di tangan seolah-olah bernyanyi bersama para siaga)

Bunda  (Narasi - tanpa alat peraga ) :
“Setelah kancil puas menemani bermain para rusa, Kancil pun meras haus dan pergi ke sungai untuk minum. Sesampai di sungai kancil minum sepuas-puasnya. Kancil melihat ke sebarang sungai, kemudian ia bergumam dalam hati : alangkah baiknya kalau saya bisa menyebarang ya, di seberang sana rumputya segar-segar dan buahnya matang-matang. Kancilpun melamun. Di tengah lamunannya tiba-tiba kancil merasa kakinya ada yang menggigit ”

Bunda (Dialog dengan membedakan antara suara kancil dan buaya)
Kanci     :  “Siapakah gerangan, yang sedang menemaniku minum di sungai  –
                  Tahukan kau … bahwa yang Kau gigit adalah sebatang bambu ...",
                   kata kancil dengan lembut, cerdik bersiasat. 

Bunda (Narasi dengan intonasi dan lagu bahasa yang mampu membangun suasana tegang) :
Kancil yang cerdik berusaha menyelamatkan dirinya dari binatang yang menggigitnya. Tidak lama gigitan itu lepas dan kancilpun seketika melompak ke pinggir sungai ….. hup.  Tidak lama kemudian seekor buaya besar muncul ke permukaan sungai dan kancil sudah menduga kalau yang menggingit kakinya tadi adalah buaya yang nakal.

Bunda (melanjutkan dialog) :
Kancil     :  “Oh … kau buaya …. Kenapa tadi kau gigit kakiku …..”
Buaya     :   “ Jadi …. Jadi …. Jadi, yang tadi aku gigit itu benar-benar kakimu,
                    kenapa saya lepas … aduh rugi saya. Heh Kancil, kenapa tadi kau bohongi aku
                    kalau yang aku gigit itu bambu …”. kata si buaya marah.
Kancil     :  “oooooo …. Jadi kau buaya,  benar-benar mau memakan aku ya …
                   aku kan sahabatmu buaya … aku kan sering menolong kamu ….  (kata si Kancil
                   tetap dengan lemah lembut menasehati)
Buaya     :  “Tidak peduli kancil, aku sedang lapar …. aku harus makan  …
                   siapa saja harus aku makan, biar sahabatku sekalipun yang penting aku senang,
                   aku kenyang …..”  jawab buaya dengan sombong.
Kancil    :  “Hei buaya,  tidak boleh seperti itu, itu namanya sikap tamak, sikap sombong,
                   sikap mau menang sendiri. Tuhan tidak senang dan kamu akan kehilangan kawan.
                   Hei ... buaya,  tahukah kamu kalau aku utusan Nabi Sulaeman …" jawab kancil
                   dengan cerdik.
Buaya     :  “Ohh, maaf, maaf Kancil. saya tahu. semua binatang takut dengan Nabi Sualeman"
Kancil     : “Nah kamu tahu nggak, kalau aku ke sini disuruh Nabi Sulaeman untuk menghitung
                   jumlah buaya yang ada di sungai ini … karena Nabi Sulaeman yang  baik budinya itu
                   akan memberi hadiah kepada kalian semua”

Bunda (Narasi - dengan intonasi untuk menurunkan tensi ketegangan)
Mendengar penjelasan Kancil, si Buaya amat senang karena akan dapat hadiah. Maka si buaya itu atas perintah kancil mengumpulkan semua teman-temannya. Setelah berkumpul kancil menyuruh seluruh buaya berbaris hingga membentuk barisan seperti jembatan dari satu tepi sungai ke tepi sungai lainnya”.

Kancil  : “Bagus Kalian sudah berbaris dengan rapi … sekarang saya akan mulai menghitung”

Bunda (Narasi dengan lagu bahasa yang ceria dan lucu)
Kancilpun mulai menghitung buaya satu-persatu, dengan cara menginjaknya.  Kalau pas sampai dibuaya yang besar dan nakal maka kancil akan menginjak kepala buaya dengan sedikit keras - hingga si buaya kesakitan. Kalau buaya itu kecil dan baik hati maka kancil akan menginjak bagian punggungnya dengan pelan dan hati-hati.  Setelah semua dihitung, sampailan kancil di seberang sungai dan melompatlan dia ke atas tebing ..... hup  ... kemudian kancil berteriak lantang .....

Kancil     :  “Hei … buaya, terimkasih ya kalian telah menyeberangkan aku – aku tidak perlu
                  susah payah berenang ….. sekarang saya mau makan rumput yang hijau”
Buaya     : “Kancil ….. apa maksudnya kamu, kamu membohongi kami semua ya …”
Kancil    :  “hahaha, buaya-buaya … kenapa engkau begitu tamak dan sombong, tubuhmu yang
                  besar dan kuat ternyata menjadikan engkau tidak setia kawan. Aku yang sahabat
                  baikmu juga akan kau makan bagaimana dengan binatang lain. Sekarang aku puas
                  bisa memberi pelajaran kepada kamu”

Bunda Narasi (Narasi dengan lagu bahasa yang ceria karena happy ending):
" ... Kancilpun berlari meninggalkan sungai dan menuju tengah hutan untuk memetik buah dan memakan rerumputan segar. Sementara si Buaya yang tadi akan memakan kancil, dihukum oleh teman-temanya karena merasa dibohongi ….”.

Akhir Cerita
  • Ketika bunda selesai cerita- Bu Cik langsung memutar lagu gembira sesuai dengan tema cerita di atas. Selesai lagu, Bunda dan Bucik memberi kesempatan para siaga  untuk diskusi menanggapi cerita di atas di barung masing-masing dan menuliskan hasilnya di atas karton. Tanggapan hendaknya dalam kalimat pendek-pendek saja.
  • Bunda dan Bucik memberi kesempatan setiap barung untuk mempresentasikan hasil diskusinya sekaligus sebagai media belajar  “berbicara di depan umum”
  • Bunda mengakhiri kegiatannya dongengnya dengan memberikan kesimpulan tentang kandungan nilai dan apa yang bisa diteladani, serta memberikan hadiah kepada tiap barung atas hasil diskusinya yang sangat super.
Kegiatan selesai.



Catatan :
Format di atas adalah sebuah contoh mengemas fabel menjadi media latihan para Pramuka Siaga. Bunda/Yanda, Pak Cik/Bu Cik dapat mengembangkan lebih baik lagi dan menggunakan cara pengemasan di atas untuk fabel atau dongeng-dongeng lainnya. Selamat memandu.

Lihat topik/entri terkait :

Sumber :
Diadaptasi dari berbagai sumber seperti : buku, jurnal ilmaih dan media online untuk kepentingan Ensiklopedia Pramuka.


'aiw.



No comments:

Post a Comment